|2| Geo-Astrolog

"GEOGRAFI BAG.II"

Daftar Negara di Asia

Nama singkat
Nama resmi
Ibukota


Abkhazia[1][2]
Republik Abkhazia Abkhaz: Аҧсны Республика
Sukhumi



Afganistan
Republik Islam Afghanistan Persia: جمهوری اسلامی افغانستان
Pashto: د افغانستان اسلامي جمهوریت
Kabul



Akrotiri dan Dhekelia
Area Pangkalan Kuasa Akrotiri dan Dhekelia Episkopi



Arab Saudi
Kerajaan Arab Saudi bahasa Arab: المملكة العربية السعودية
Riyadh



Armenia[2]
Republik Armenia bahasa Armenia: Հայաստանի Հանրապետություն Yerevan



Azerbaijan[2]
Republik Azerbaijan bahasa Azerbaijan: Azərbaycan Respublikası
Baku



Bahrain
Kerajaan Bahrain bahasa Arab: مملكة البحرين
Manama



Bangladesh
Republik Rakyat Bangladesh Bengali: গণপ্রজাতন্ত্রী বাংলাদেশ
Dhaka



Bhutan
Kerajaan Bhutan Dzongkha:
Thimphu



Teritorial Britania di Samudra Hindia[3][2]
Teritorial Britania di Samudra Hindia Diego Garcia



Brunei
Brunei Darussalam, Kedamaian Tempat Kediaman Melayu: بروني دارالسلام
Bandar Seri Begawan



Cina
Republik Rakyat Cina Aksara Cina sederhana: 中华人民共和国
Aksara Cina tradisional: 中華人民共和國
Beijing



Kepulauan Cocos (Keeling)[4]
Teritori Kepulauan Cocos (Keeling) West Island



Filipina
Republik Filipina Bahasa Tagalog: Republika ng Pilipinas
Manila



Georgia[2]
Georgia bahasa Georgia: საქართველო
Tbilisi



Hong Kong[5]
Daerah Administrasi Khusus Hong Kong Bahasa Cina: 香港特別行政區
Hong Kong



India
Republik India bahasa Hindi: भारत गणराज्य
New Delhi


Indonesia[6]
Republik Indonesia bahasa Indonesia: Republik Indonesia
Jakarta



Irak
Republik Irak bahasa Arab: جمهورية العراق
Kurdish: كۆماری عێراق
Baghdad



Iran
Republik Islam Iran Persian: جمهوری اسلامی ايران
Teheran



Israel
Israel bahasa Ibrani: יִשְרָאֵל
bahasa Arab: إسرائيل
Jerusalem



Jepang
Jepang bahasa Jepang: 日本国
Tokyo



Kamboja
Kerajaan Kamboja Khmer:
Phnom Penh



Kazakhstan[2]
Republik Kazakhstan bahasa Kazak: Қазақстан Республикасы
bahasa Rusia: Республика Казахстан
Astana



Korea Selatan
Republik Korea bahasa Korea: 대한민국
bahasa Tionghoa: 大韓民國
Seoul



Korea Utara
Republik Demokratik Rakyat Korea bahasa Korea: 조선민주주의인민공화국
bahasa Tionghoa: 朝鮮民主主義人民共和國
Pyongyang



Kuwait
Kuwait bahasa Arab: دولة الكويت
Kuwait City



Kirgizstan
Republik Kirgizstan Kyrgyz: Кыргыз Республикасы
bahasa Rusia: Кыргызская Республика
Bishkek



Laos
Republik Demokratis Rakyat Laos Lao:ສາທາລະນະລັດ ປະຊາທິປະໄຕ ປະຊາຊົນລາວ Vientiane



Lebanon
Republik Lebanon bahasa Arab: الجمهورية اللبنانية
Beirut



Makau[5]
Daerah Administrasi Khusus Makau Chinese: 澳門特別行政區
Makau



Maladewa
Republik Maladewa Dhivehi: ދިވެހިރާއްޖޭގެ ޖުމުހޫރިއްޔާ
Malé



Malaysia
Malaysia bahasa Malaysia: مليسيا
Kuala Lumpur



Mongolia
Mongolia bahasa Mongolia: Монгол улс,
Ulan Bator



Myanmar[7]
Myanmar Bersatu Bahasa Myanmar:
Naypyidaw



Nagorno-Karabakh[1][2]
Republik Nagorno-Karabakh bahasa Armenia: Լեռնային Ղարաբաղ Հանրապետություն Stepanakert



Pulau Natal[4]
Teritori Pulau Natal Flying Fish Cove



Nepal
Republik Demokratis Federal Nepal Nepali: संघीय लोकतान्त्रिक गणतन्त्र नेपाल
Kathmandu



Oman
Kesultanan Oman bahasa Arab: سلطنة عُمان
Muscat



Ossetia Selatan[1][2]
Republik Ossetia Selatan Ossetic: Хуссар Ирыстон
Tskhinvali



Pakistan
Republik Islam Pakistan Urdu: اسلامی جمہوریہ پاکستان
Islamabad



Palestina[1][8]
Otoritas Nasional Palestina bahasa Arab: السلطة الوطنية الفلسطينية
Ramallah, Jerusalem
(diperdebatkan)


Qatar
Negara Qatar bahasa Arab: دولة قطر
Doha



Rusia[2]
Federasi Rusia bahasa Rusia: Российская Федерация
Moscow



Singapura
Republik Singapura bahasa Malaysia: Republik Singapura
Aksara Cina tradisional: 新加坡共和国
Bahasa Tamil: சிங்கப்பூர் குடியரசு
Kota Singapura



Siprus[2]
Republik Siprus bahasa Yunani: Κυπριακή Δημοκρατία
bahasa Turki: Kıbrıs Cumhuriyeti
Nikosia



Siprus Utara[1][2]
Republik Turki Siprus Utara bahasa Turki: Kuzey Kıbrıs Türk Cumhuriyeti
Nikosia



Sri Lanka
Republik Sosialis Demokratik Sri Lanka Bahasa Sinhala:
Bahasa Tamil: இலங்கை ஜனநாயக சமத்துவ குடியரசு Sri Jayawardenapura-Kotte



Suriah
Republik Arab Suriah bahasa Arab: جمهورية سوريا العربية
Damascus



Taiwan[1]
Republik Cina Aksara Cina tradisional: 中華民國
Taipei



Tajikistan
Republik Tajikistan bahasa Tajik: Ҷумҳурии Тоҷикистон
Dushanbe



Thailand
Kerajaan Thailand Thai: ราชอาณาจักรไทย
Bangkok



Timor-Leste[6][9]
Republik Demokratik Timor-Leste Tetum: Repúblika Demokrátika Timór Lorosa'e
bahasa Portugis: República Democrática de Timor-Leste Dili



Turki
Republik Turki Bahasa Turki: Türkiye Cumhuriyeti
Ankara



Turkmenistan
Turkmenistan bahasa Turkmenistan: Türkmenistan
Ashgabat



Uni Emirat Arab
Uni Emirat Arab bahasa Arab: دولة الإمارات العربية المتحدة
Abu Dhabi



Uzbekistan
Republik Uzbekistan Templat:Lang-uz
Tashkent



Vietnam
Republik Sosialis Vietnam bahasa Vietnam: Cộng hòa xã hội chủ nghĩa Việt Nam Hanoi



Yaman
Republik Yaman bahasa Arab: الجمهورية اليمنية
Sanaa



Yordania
Kerajaan Hashemite Yordania bahasa Arab: المملكة الأردنية الهاشميه
Amman


"ASTRONOMI BAG.II"

Astronomi Islam Menguak Rahasia Langit

Sebagai salah satu ilmu pengetahuan tertua dalam peradaban manusia, Astronomi kerap dijuluki sebagai ‘ratu sains’. Astronomi memang menempati posisi yang terbilang istimewa dalam kehidupan manusia. Sejak dulu, manusia begitu terkagum-kagum ketika memandang kerlip bintang dan pesona benda-benda langit yang begitu luar biasa.

Awalnya, manusia menganggap fenomena langit sebagai sesuatu yang magis. Seiring berputarnya waktu dan zaman, manusia pun memanfaatkan keteraturan benda-benda yang mereka amati di angkasa untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti penanggalan. Dengan mengamati langit, manusia pun bisa menentukan waktu utuk pesta, upacara keagamaan, waktu untuk mulai menabur benih dan panen.

Jejak astronomi tertua ditemukan dalam peradaban bangsa Sumeria dan Babilonia yang tinggal di Mesopotamia (3500 – 3000 SM). Bangsa Sumeria hanya menerapkan bentuk-bentuk dasar astronomi. Pembagian lingkaran menjadi 360 derajat berasal dari bangsa Sumeria.

Orang Sumeria juga sudah mengetahui gambaran konstelasi bintang sejak 3500 SM. Mereka menggambar pola-pola rasi bintang pada segel, vas, dan papan permainan. Nama rasi Aquarius yang dikenal saat ini berasal dari bangsa Sumeria.

Astronomi juga sudah dikenal masyarakat India kuno. Sekitar tahun 500 SM, Aryabhata melahirkan sistem matematika yang menempatkan bumi berputar pada porosnya. Aryabhata membuat perkiraan mengenai lingkaran dan diameter bumi. Brahmagupta (598 – 668) juga menulis teks astronomi yang berjudul Brahmasphutasiddhanta pada 628. Dialah astronom pendahulu yang menggunakan aljabar untuk memecahkan masalah-masalah astronomi.

Masyarakat Cina kuno 4000 SM juga sudah mengenal astronomi. Awalnya, astronomi di Cina digunakan untuk mengatur waktu. Orang Cina menggunakan kalender lunisolar. Namun, kerena perputaran matahari dan bulan berbeda, para ahli astronomi Cina sering menyiapkan kalender baru dan membuat observasi.

Bangsa Yunani kuno juga amat tertarik dengan astronomi. Adalah Thales yang mengawalinya pada abad ke-6 SM. Menurut dia, bumi itu berbentuk datar. Phytagoras sempat membantah pendapat itu dengan menyatakan bumi itu bulat. Dua abad berselang, Aristoteles melahirkan terobosan penting yang menegaskan menyatakan bahwa bumi itu bulat bundar.

Aristachus pada abad ke-3 SM sempat melontarkan pendapat bahwa Bumi bukanlah pusat alam semesta. Teori itu tak mendapat tempat pada masa itu. Era astronomi klasik ditutup Hipparchus pada abad ke-1 SM yang melontarkan teori geosentris. Bumi itu diam dan dikelilingi oleh matahari, bulan, dan planet-planet yang lain. Sistem geosentris itu disempurnakan Ptolomeus pada abad ke-2 M .

Astronomi Islam
Setelah runtuhnya kebudayaan Yunani dan Romawi pada abad pertengahan, maka kiblat kemajuan ilmu astronomi berpindah ke bangsa Arab. Astronomi berkembang begitu pesat pada masa keemasan Islam (8 – 15 M). Karya-karya astronomi Islam kebanyakan ditulis dalam bahasa Arab dan dikembangkan para ilmuwan di Timur Tengah, Afrika Utara, Spanyol dan Asia Tengah.

Salah satu bukti dan pengaruh astronomi Islam yang cukup signifikan adalah penamaan sejumlah bintang yang menggunakan bahasa Arab, seperti Aldebaran dan Altair, Alnitak, Alnilam, Mintaka (tiga bintang terang di sabuk Orion), Aldebaran, Algol, Altair, Betelgeus.

Selain itu, astronomi Islam juga mewariskan beberapa istilah dalam `ratu sains’ itu yang hingga kini masih digunakan, seperti alhidade, azimuth, almucantar, almanac, denab, zenit, nadir, dan vega. Kumpulan tulisan dari astronomi Islam hingga kini masih tetap tersimpan dan jumlahnya mencapaii 10 ribu manuskrip.

Ahli sejarah sains, Donald Routledge Hill, membagi sejarah astronomi Islam ke dalam empat periode. Periode pertama (700-825 M) adalah masa asimilasi dan penyatuan awal dari astronomi Yunani, India dan Sassanid. Periode kedua (825-1025) adalah masa investigasi besar-besaran dan penerimaan serta modifikasi sistem Ptolomeus. Periode ketiga (1025-1450 M), masa kemajuan sistem astronomi Islam. Periode keempat (1450-1900 M), masa stagnasi, hanya sedikit kontribusi yang dihasilkan.

Geliat perkembangan astronomi di dunia Islam diawali dengan penerjemahan secara besar-besaran karya-karya astronomi dari Yunani serta India ke dalam bahasa Arab. Salah satu yang diterjemahkan adalah karya Ptolomeus yang termasyhur, Almagest. Berpusat di Baghdad, budaya keilmuan di dunia Islam pun tumbuh pesat.

Sejumlah, ahli astronomi Islam pun bermunculan, Nasiruddin at-Tusi berhasil memodifikasi model semesta episiklus Ptolomeus dengan prinsip-prinsip mekanika untuk menjaga keseragaman rotasi benda-benda langit. Selain itu, ahli matematika dan astronomi Al-Khawarizmi, banyak membuat tabel-tabel untuk digunakan menentukan saat terjadinya bulan baru, terbit-terbenam matahari, bulan, planet, dan untuk prediksi gerhana.

Ahli astronomi lainnya, seperti Al-Batanni banyak mengoreksi perhitungan Ptolomeus mengenai orbit bulan dan planet-planet tertentu. Dia membuktikan kemungkinan gerhana matahari tahunan dan menghitung secara lebih akurat sudut lintasan matahari terhadap bumi, perhitungan yang sangat akurat mengenai lamanya setahun matahari 365 hari, 5 jam, 46 menit dan 24 detik.

Astronom Islam juga merevisi orbit bulan dan planet-planet. Al-Battani mengusulkan teori baru untuk menentukan kondisi dapat terlihatnya bulan baru. Tak hanya itu, ia juga berhasil mengubah sistem perhitungan sebelumnya yang membagi satu hari ke dalam 60 bagian (jam) menjadi 12 bagian (12 jam), dan setelah ditambah 12 jam waktu malam sehingga berjumlah 24 jam.

Buku fenomenal karya Al-Battani pun diterjemahkan Barat. Buku ‘De Scienta Stelarum De Numeris Stellarum’ itu kini masih disimpan di Vatikan. Tokoh-tokoh astronomi Eropa seperti Copernicus, Regiomantanus, Kepler dan Peubach tak mungkin mencapai sukses tanpa jasa Al-Batani. Copernicus dalam bukunya ‘De Revoltionibus Orbium Clestium’ mengaku berutang budi pada Al-Battani.

Dunia astronomi juga tak bisa lepas dari bidang optik. Melalui bukunya Mizan Al-Hikmah, Al Haitham mengupas kerapatan atmofser. Ia mengembangkan teori mengenai hubungan antara kerapatan atmofser dan ketinggiannya. Hasil penelitiannya menyimpulkan ketinggian atmosfir akan homogen di ketinggian lima puluh mil.

Teori yang dikemukakan Ibn Al-Syatir tentang bumi mengelilingi matahari telah menginspirasi Copernicus. Akibatnya, Copernicus dimusuhi gereja dan dianggap pengikut setan. Demikian juga Galileo, yang merupakan pengikut Copernicus, secara resmi dikucilkan oleh Gereja Katolik dan dipaksa untuk bertobat, namun dia menolak.

Menurut para ahli sejarah, kedekatan dunia Islam dengan dunia lama yang dipelajarinya menjadi faktor berkembangnya astronomi Islam. Selain itu, begitu banyak teks karya-karya ahli astronomi yang menggunakan bahasa Yunani Kuno, dan Persia yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab selama abad kesembilan. Proses ini dipertinggi dengan toleransi terhadap sarjana dari agama lain. Sayang, dominasi itu tak bisa dipertahankan umat Islam.
Jejak Abadi di Kawah ke Bulan

Ilmuwan Islam begitu banyak memberi kontribusi bagi pengembangan dunia astronomi. Buah pikir dan hasil kerja keras para sarjana Islam di era tamadun itu diadopsi serta dikagumi para saintis Barat. Inilah beberapa ahli astronomi Islam dan kontribusi yang telah disumbangkannya bagi pengembangan `ratu sains’ itu.

Al-Battani (858-929).
Sejumlah karya tentang astronomi terlahir dari buah pikirnya. Salah satu karyanya yang paling populer adalah al-Zij al-Sabi. Kitab itu sangat bernilai dan dijadikan rujukan para ahli astronomi Barat selama beberapa abad, selepas Al-Battani meninggal dunia. Ia berhasil menentukan perkiraan awal bulan baru, perkiraan panjang matahari, dan mengoreksi hasil kerja Ptolemeus mengenai orbit bulan dan planet-planet tertentu. Al-Battani juga mengembangkan metode untuk menghitung gerakan dan orbit planet-planet. Ia memiliki peran yang utama dalam merenovasi astronomi modern yang berkembang kemudian di Eropa.

Al-Sufi (903-986 M)
Orang Barat menyebutnya Azophi. Nama lengkapnya adalah Abdur Rahman as-Sufi. Al-Sufi merupakan sarjana Islam yang mengembangkan astronomi terapan. Ia berkontribusi besar dalam menetapkan arah laluan bagi matahari, bulan, dan planet dan juga pergerakan matahari. Dalam Kitab Al-Kawakib as-Sabitah Al-Musawwar, Azhopi menetapkan ciri-ciri bintang, memperbincangkan kedudukan bintang, jarak, dan warnanya. Ia juga ada menulis mengenai astrolabe (perkakas kuno yang biasa digunakan untuk mengukur kedudukan benda langit pada bola langit) dan seribu satu cara penggunaannya.

Al-Biruni (973-1050 M)
Ahli astronomi yang satu ini, turut memberi sumbangan dalam bidang astrologi pada zaman Renaissance. Ia telah menyatakan bahwa bumi berputar pada porosnya. Pada zaman itu, Al-Biruni juga telah memperkirakan ukuran bumi dan membetulkan arah kota Makkah secara saintifik dari berbagai arah di dunia. Dari 150 hasil buah pikirnya, 35 diantaranya didedikasikan untuk bidang astronomi.

Ibnu Yunus (1009 M)
Sebagai bentuk pengakuan dunia astronomi terhadap kiprahnya, namanya diabadikan pada sebuah kawah di permukaan bulan. Salah satu kawah di permukaan bulan ada yang dinamakan Ibn Yunus. Ia menghabiskan masa hidupnya selama 30 tahun dari 977-1003 M untuk memperhatikan benda-benda di angkasa. Dengan menggunakan astrolabe yang besar, hingga berdiameter 1,4 meter, Ibnu Yunus telah membuat lebih dari 10 ribu catatan mengenai kedudukan matahari sepanjang tahun.

Al-Farghani
Nama lengkapnya Abu’l-Abbas Ahmad ibn Muhammad ibn Kathir al-Farghani. Ia merupakan salah seorang sarjana Islam dalam bidang astronomi yang amat dikagumi. Beliau adalah merupakan salah seorang ahli astronomi pada masa Khalifah Al-Ma’mun. Dia menulis mengenai astrolabe dan menerangkan mengenai teori matematik di balik penggunaan peralatan astronomi itu. Kitabnya yang paling populer adalah Fi Harakat Al-Samawiyah wa Jaamai Ilm al-Nujum tentang kosmologi.

Al-Zarqali (1029-1087 M)
Saintis Barat mengenalnya dengan panggilan Arzachel. Wajah Al-Zarqali diabadikan pada setem di Spanyol, sebagai bentuk penghargaan atas sumbangannya terhadap penciptaan astrolabe yang lebih baik. Beliau telah menciptakan jadwal Toledan dan juga merupakan seorang ahli yang menciptakan astrolabe yang lebih kompleks bernama Safiha.

Jabir Ibn Aflah (1145 M)
Sejatinya Jabir Ibn Aflah atau Geber adalah seorang ahli matematik Islam berbangsa Spanyol. Namun, Jabir pun ikut memberi warna da kontribusi dalam pengembangan ilmu astronomi. Geber, begitu orang barat menyebutnya, adalah ilmuwan pertama yang menciptakan sfera cakrawala mudah dipindahkan untuk mengukur dan menerangkan mengenai pergerakan objek langit. Salah satu karyanya yang populer adalah Kitab al-Hay’ah.
Kegemilangan Observatorium Ulugh Beg

Sejatinya observatorium pertama di dunia dibangun astronom Yunani bernama Hipparchus (150 SM). Namun, di mata ahli astronomi Muslim abad pertengahan, konsep observatorium yang dilahirkan Hipparcus itu jauh dari memadai. Sebagai ajang pembuktian, para sarjana Muslim pun membangun observatorium yang lebih moderen pada zamannya.

Sejumlah astronom Muslim yang dipimpin Nasir al-Din al-Tusi berhasil membangun observatorium astronomi di Maragha pada 1259 M. Observatorium itu dilengkapi perpustakaan dengan koleksi buku mencapai 400 ribu judul. Observatorium Maragha juga telah melahirkan sejumlah astronom terkemuka seperti, QuIb al-Din al-Shirazy, Mu’ayyid al-Din al-Urdy, Muiyi al-Din al-Maghriby, dan banyak lagi.

Ahli astronomi Barat, Kevin Krisciunas dalam tulisannya berjudul The Legacy of Ulugh Beg mengungkapkan, observatorium termegah yang dibangun sarjana Muslim adalah Ulugh Beg. Observatorium itu dibangun seorang penguasa keturunan Mongol yang bertahta di Samarkand bernama Muhammad Taragai Ulugh Beg (1393-1449). Dia adalah seorang pejabat yang menaruh perhatian terhadap astronomi.

`’Ketertarikan dalam astronomi bemula, ketika dia mengunjungi Observatorium Maragha yang dibangun ahli astronomi Muslim terkemuka, Nasir al-Din al-Tusi,” tutur Krisciunas. Geliat pengkajian astronomi di Samarkand mulai berlangsung pada tahun 1201. Namun, aktivitas astronomi yang sesungguhnya di wilayah kekuasaan Ulugh Beg mulai terjadi pada 1408 M.

Ghirah astronomi di Samarkand mengalami puncaknya ketika Ulugh Beg mulai membangun observatorim pada 1420. Menurut Kriscunas, berdasarkan laporan yang ditulis ahli astronomi pada saat iru, Al-Kashi aktivitas pengkajian astronomi di Observatorium Ulugh Beg didukung oleh tujuh puluh sarjana. Para ahli astronomi itu mendapatkan perlakukan istimewa dengan fasilitas dan gaji yang luar biasa besarnya.

Observatorium ini beroperasi selama 50 tahun. Sayangnya, setelah Ulugh Beg meninggal, obeservatorium itu pun mengalami kehancuran. Sejumlah astronom telah lahir dari lembaga itu yakni, Giyath al-Din Jamshid al-Kushy, Qadizada al-Rumy dan `Ali ibn Muhammad al-Qashji. Observatorium yang terakhir milik Islam dibangun di Istanbul tahun 1577, di zaman kekuasaan Sultan Murad III (1574-1595) yang didirikan Taqi al-Din Muhammad ibn Ma’ruf al-Rashyd al-Dimashqiy.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "|2| Geo-Astrolog"

Posting Komentar